Cherreads

Chapter 91 - Menunggu Tanpa Hasil

Ditepi jalan, lebih tepatnya dipinggiran sungai dimana pemandangan langit tampak indah dengan hiasan warna jingga yang memukau.

Matahari hendak terbenam dari ufuk barat, mengistirahatkan dirinya setelah menyinari dunia dengan kegagahannya.

Seperti saat ini, Rem berdiri termenung ditepi pagar pembatas. Rem menatap sungai mengalir dari bawah sana dengan tatapan lesu.

"Huh!"

Rem membuang nafas dengan kasar mencoba menenangkan hatinya yang kacau balau.

"Sampai kapan aku terus begini? Aku tidak ingin terus terusan dikejar oleh mereka semua!"

"Byur!

Rem melempar batu kecil sekencang mungkin kealiran sungai berharap menemukan hidup baru tanpa adanya pengganggu dalam hidupnya.

"Arghhh!"

Teriak Rem frustasi sembari meremas kepalanya, Rem menatap kedepan sana dengan tajam.

"Woi berisik!'

Tegur seorang pengemis yang duduk ditepi jalan meminta belas kasih pada orang lalu lalang.

"Diam kau keparat!"

Marah Rem menendang tanah hingga menciptakan debu tebal mengarah pada pengemis itu.

"Uhuk! Uhuk!"

Pengemis itu batuk batuk menghirup banyak debu yang memasuki hidungnya.

Tanpa berdiam diri lagi pengemis itu melarikan diri dari sini, dia takut berurusan dengan pemuda yang marah marah tidak jelas itu.

--

Dikota Nirvana!

Tampak sebuah acara jamuan mewah tersaji menyambut tamu spesial dari Johan Vaxley, pria yang memiliki pengaruh besar dikota Nirvana itu menyambut tamunya dengan sebaik mungkin.

Pria tua berjalan lengkap dengan banyak pengawalnya, tak cuma itu pria tua yang menjadi tamu itu mantan Hero kelas S dunia.

Kehadirannya disambut meriah oleh tuan rumah atas kunjungannya.

"Ayah aku tidak sabar menikahi Lucy, dia wanita yang sudah lama aku menaruh hati kepadanya!...

Lelaki muda tampan rupawan, dengan mengenakan jaz hitam rapi nan mewah tak lupa dasi kupu kupu rapi. Menjadikannya laki laki yang begitu sempurna bagi kalangan wanita.

Blaze Bayren, Hero junior yang baru beberapa tahun menjadi anggota resmi dari Asosiasi Planes Hero. Blaze adalah penggemar berat Lucy, dia sering menontonnya saat tampil sebagai model terkenal.

"Tentu putraku, ayah selalu mendukungmu!"

Sang pria tua itu juga mantan Hero sangat disegani dulu, dijuluki sebagai Si Tangan Api. Laron Bayren, pria tua yang saat ini menjabat sebagai konglomerat dari kota sebelah.

"Selamat datang tuan tua Laron, tuan muda Blaze!"

Johan menghampiri mereka dan menyambutnya dengan hangat.

Johan mempersilahkan kedua tamu spesialnya untuk duduk dikursi VVIP, kursi khusus bagi sesama pebisnis ternama.

Tak cuma dihadiri oleh keluarga Bayren, banyak miliader dari kota lain ataupun kota Nirvana juga diundang untuk meramaikan acara.

"Silahkan duduk tuan tuan, nyonya nyonya!"

Johan tengah sibuk menyambut para tamu yang menghadiri Mansion miliknya, beruntung semua anak buahnya juga turut membantu dalam kelangsungan acara ini.

Sementara itu dari dalam kamar Mansion mewah!

Seorang wanita cantik duduk dengan raut wajah sedih didepan cermin besar dihadapannya.

Lucy begitu gugup jika dia akan dijodohkan oleh ayahnya demi kepentingan bisnisnya, Lucy sadar dia tidak punya nyali membantah tentang pertunangan yang sudah disepaki oleh kedua pihak.

"Ya tuhan apa yang harus kulakukan?" 

Lirih Lucy sangat sedih jika harus hidup bersama dengan laki laki yang tidak ia cintai.

"Sudah nona, tidak baik sedih terlalu lama nanti cantiknya hilang non!"

Wanita paruh baya yang berada tak jauh dari putri dari majikannya itu, turut kasihan melihat Lucy terpuruk karena keadaannya begitu rumit.

"Tidak apa bi!"

Sahut Lucy menyembunyikan wajah sedihnya, dan fokus menghadapi kehidupan yang sebenarnya didepan matanya sendiri.

"Ayo nona, mari saya antar kedepan para tamu!" 

Bibi Desy yang sudah merawat Lucy sejak kecil hingga tumbuh dewasa seperti ini, bangga karena anak kemarin sore yang sering menangis kini tumbuh cantik seperti mendiang ibunya dulu.

"Iya bi!"

Lucy mengangguk, mengikuti tuntunan bibi Desy menemui banyak tamu didepan halaman Mansion.

"Wah nona muda terlihat sangat cantik sekali?"

"Selamat yah nona, anda secara resmi nantinya akan bertunangan bersama tuan muda Blaze!"

"Aku sedikit iri melihat anda nona!"

Banyak teman teman dari Lucy, maupun para tamu yang melihat kedantangannya memberinya ucapan selamat atas pertunangan yang akan segera dimulai.

Lucy menghiraukan ucapan mereka semua, hatinya terus menyebut nama Storm untuk datang menemuinya. Berharap dia menjadi penyelamat hidupnya dari kesedihan mendalam yang dia pendam selama berbulan bulan.

Hanya untuk hari ini, hati Lucy terasa sakit tatkala dia akan mempunyai kehidupan baru tanpa adanya lelaki yang dicintanya.

"Kamu dimana Storm? Aku menunggumu disini, mengapa kamu begitu tega melihatku larut dalam kesedihan hanya mengharapkan kehadiranmu!"...

Setiap langkah kaki yang dia ambil maka jantungnya semakin berdetak kencang, Lucy begitu takut jika ini semua akhir dari harapannya selama ini kepada Storm.

Laki laki yang selalu ia tunggu setiap harinya, setiap tahunnya. Hingga bertahun tahun lamanya dia setia menunggu, tapi hasilnya Storm begitu tega tidak pernah menemuinya.

Mungkin ini semua akhir dari semua harapan yang selalu ditunggunya. Menantikan kemunculan orang tercinta didalam hatinya namun berakhir dibuai harapannya sendiri, batin Lucy menangis sedih didalam lubuk hatinya.

More Chapters