Mentari pagi mulai muncul dari balik cakrawala, menembus kabut tipis yang menggantung di permukaan laut. Langit Svora tampak damai, jauh dari panasnya pertempuran kemarin.
Isakov berada di posisi terdepan, memimpin formasi kecil armada Stygian Nyx: Kuznetsov, Sovrevmenny, Chapayev, dan Udaloy. Kapal-kapal itu melaju perlahan, bekas luka pertempuran masih terlihat jelas di lambung mereka, tapi semangat kru tetap menyala.
Di dalam anjungan Isakov, Lerkov berdiri tegak, matanya tajam mengamati layar navigasi. Di sebelahnya, Shin sedang mengecek laporan dari radar.
“Arah utara bersih. Suhu air mulai naik sedikit. Mungkin indikasi daratan,” kata Shin.
Lerkov mengangguk. “Teruskan laju. Kita harus temukan tempat untuk berlabuh.”
Saat itu, Nilan muncul sambil menguap besar, rambutnya masih berantakan. “Hhrrgh… belum nyampe juga?”
“Sebentar lagi,” jawab Lerkov singkat. “Kalau aman, kamu bisa main pasir duluan.”
“Deal!”
Satu jam berlalu…
“Kontak visual dengan daratan!” teriak salah satu perwira navigasi. “Siluet pegunungan, garis pantai... dan hutan.”
Lerkov langsung menoleh ke arah jendela depan, melihat samar-samar hamparan hijau di horizon. Tapi dia tahu—daratan bukan berarti aman.
Ia menekan tombol komunikasi.
“Kuznetsov, ini Isakov. Ruver, luncurkan unit pengintai. Fokuskan pencarian ke arah barat laut garis pantai. Lihat apakah ada tanda-tanda aktivitas atau pemukiman.”
Suara Ruver dari Kuznetsov menjawab tegas,
“Diterima, Admiral. Tim UAV bersiap luncur.”
Beberapa menit kemudian, drone ringan lepas landas dari dek Kuznetsov, melesat ke udara membawa kamera optik dan infra merah.
Hasil awal langsung dikirim ke Isakov.
Gambar menampilkan pantai yang sepi, tapi saat drone bergerak lebih ke dalam hutan…
“Tuan, ada asap. Sumber panas alami, atau… buatan manusia.”
Shin memutar layar zoom. Terlihat asap tipis membumbung dari balik pepohonan, seperti dari tungku atau api unggun.
“Pemukiman?” gumam Shin.
Lerkov menatap lekat ke layar, lalu bicara dengan tenang,
“Siapkan tim kecil. Kita turun dan lihat langsung.”