Cherreads

Chapter 6 - Chapter 5: After the Storm

Laut kembali tenang, hanya riak kecil yang tersisa dari keganasan pertempuran barusan. Langit Svora mulai memerah keemasan, menandakan sore menjelang. Armada Stygian Nyx mengambang dalam formasi aman, seperti luka yang belum sembuh tapi tetap berdiri.

Di ruang rapat Isakov, para pemimpin kapal sudah berkumpul secara virtual. Layar Monitor di ruang tengah memperlihatkan wajah-wajah yang lelah tapi fokus.

Lerkov duduk di kursi tengah, dikelilingi oleh proyeksi Erwang, Halsey, Jhon, dan Ruver. Shin berdiri di samping, mencatat dan menyimak.

“Pertama,” kata Lerkov, memulai, “Saya ucapkan terima kasih karena kita semua bertahan. Tapi jangan kita anggap kemenangan tadi sebagai bukti kita unggul.”

Halsey menanggapi, “Makhluk tadi—Abyssal Serpent. Itu bukan makhluk biasa. Pergerakannya, insting bertarungnya... seperti sesuatu yang diciptakan, bukan dilahirkan.”

Jhon menyandarkan punggung. “Tapi kenapa kita bisa menangkapnya di radar militer? Gak masuk akal.”

Ruver menyela, “Ada kemungkinan energi makhluk itu bersifat… reaktif terhadap teknologi kita. Seakan mereka eksis di antara dimensi.”

Lerkov menatap semua. “Apa pun itu, kita butuh jawaban. Tapi sebelum itu, kita butuh arah.”

Shin mengangguk. “Kami sempat menangkap sinyal kecil dari utara—bisa jadi daratan. Koordinat belum jelas, tapi... itu satu-satunya arah logis.”

Lerkov berpikir sejenak. “Kalau ada daratan... maka mungkin ada sumber informasi. Dan juga... kehidupan.”

Semua hening.

Lalu Erwang bicara, “Kita setuju? Bergerak ke utara. Tapi dengan kecepatan aman. Kapal dalam kondisi rusak ringan, kita tidak bisa memaksakan kecepatan penuh.”

Semua mengangguk.

“Baik,” kata Lerkov. “Kita mulai persiapan. Malam ini, semua kapal fokus pemulihan. Besok pagi, kita berlayar.”

Rapat selesai. Layar satu per satu mati, menyisakan hanya Lerkov dan Shin di ruang rapat.

Lerkov memejamkan mata sejenak. “Ini bukan cuma dunia lain. Ini medan perang baru.”

Shin mengangguk pelan. “Dan kita baru saja mengetuk pintunya.”

Sementara itu, di ruang medis Isakov…

Nilan duduk di ranjang, luka ringan di tangan karena terpeleset tadi. Ia memandang langit dari jendela kecil, lalu bicara pada diri sendiri.

“Apa pun yang ada di dunia ini… aku gak akan diam aja. Aku juga bagian dari armada ini.”

Matanya bersinar penuh tekad.

More Chapters